Monday, March 26, 2012

Tomcat tidak menyerang manusia


BOGOR, KOMPAS.com — Munculnya kumbang tomcat di perumahan warga Surabaya karena habitatnya yang mulai terusik akibat pembangunan.

"Saya belum mengetahui pasti posisi lokasi apartemen tersebut apakah berada di sekitar persawahan atau bukan. Tapi yang pasti, kenapa banyak terdapat di sana bisa jadi wilayah itu merupakan habitatnya," kata pakar serangga dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Aunu Rauf MSc, di Bogor, Rabu (21/3/2012).
Aunu mengatakan, perlu dilakukan pengecekan langsung lokasi perumahan warga yang mengalami serangan tomcat tersebut untuk memastikan apakah ledakan populasi dipicu oleh keberadaan permukiman di kawasan habitat hewan tersebut.
Menurut Aunu, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang tomcat ini, di antaranya terjadi peningkatan populasi kumbang tomcat menjelang berakhirnya musim hujan (sebelumnya masih dalam stadia larva dan pupa). Pada saat yang bersamaan terjadi kegiatan panen sehingga kumbang tomcat beterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di permukiman.
"Pada malam hari kumbang Paederus fuscipes aktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu. Inilah sebetulnya yang sekarang terjadi di kompleks apartemen di Surabaya," katanya.
Ia menjelaskan, binatang yang disebut tomcat ini sebetulnya adalah hewan sejenis kumbang dengan nama ilmiah Paederus fuscipes. Kumbang Paederus fuscipes berkembang biak di dalam tanah di tempat-tempat yang lembab, seperti di galengan sawah, tepi sungai, daerah berawa, dan hutan.
Telurnya diletakkan di dalam tanah, begitu pula larva dan pupanya hidup dalam tanah. Setelah dewasa barulah serangga ini keluar dari dalam tanah dan hidup pada tajuk tanaman.
Siklus hidup kumbang dari sejak telur diletakkan hingga menjadi kumbang dewasa sekitar 18 hari, dengan perincian stadium telur 4 hari, larva 9 hari, dan pupa 5 hari. Kumbang dapat hidup hingga 3 bulan. Seekor kumbang betina dapat meletakkan telur sebanyak 100 butir telur.
"Bisa jadi permukiman dibangun di wilayah tempat perkembangbiakan kumbang tomcat, misalnya di dekat persawahan atau di pinggiran dekat hutan yang lembab atau tempat berawa. Pada kondisi ini kumbang pada malam hari akan berdatangan ke perumahan karena tertarik cahaya lampu," katanya.
Lebih lanjut, Aunu mengatakan, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan ledakan populasi tomcat ini karena kumbang tomcat tidak menggigit atau menyengat.
Tetapi, kumbang tomcat kalau terganggu atau secara tidak sengaja terpijit akan mengeluarkan cairan yang bila kena kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis). Gejala ini muncul akibat cairan tubuh kumbang tadi mengandung zat yang disebut pederin yang bersifat racun.
Aunu mengatakan, ada yang menyebutkan bahwa pederin ini 15 kali lebih beracun daripada bisa kobra. Belakangan ini diketahui bahwa produksi pederin dalam tubuh kumbang tergantung pada keberadaan bakteri Pseudomonas sp. yang bersimbiosis dalam tubuh kumbang betina.
Pederin bersirkulasi dalam darah kumbang sehingga dapat terbawa sampai ke keturunannya (telur, larva, pupa, dan kumbang). Namun demikian, kumbang betina yang mengandung bakteri akan menghasilkan pederin yang lebih banyak dibandingkan kumbang yang dalam tubuhnya tidak ada bakteri simbion.
Aunu mengatakan, kumbang ini jangan dimusnahkan karena bermanfaat bagi petani. Penyemprotan di rumah juga tidak perlu dilakukan karena lebih berisiko terhadap kesehatan penghuninya.
Untuk menghindari serangannya, dengan cara halaulah kumbang ini agar menjauh dari rumah dengan mematikan lampu, atau memungutnya secara hati-hati dengan kantong kertas dan lepaskan ke habitatnya (sawah atau tempat lembab lainnya).
Masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan kejadian tersebut karena outbreak kumbang tomcat seperti terjadi di Surabaya pernah pula dilaporkan terjadi di negara lain, seperti di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang Malaysia (2004 dan 2007), India Selatan (2007), dan Irak (2008).
"Memang sesekali kumbang datang ke permukiman karena tertarik cahaya lampu, dan mengganggu kenyamanan penghuninya. Namun demikian, jangan sampai 'pengabdian setiap hari' kepada petani oleh kumbang ini terhapus oleh perilakunya datang ke permukiman yang hanya sesekali terjadi," ujarnya.                            

Monday, March 12, 2012

Indonesian Venomous Snake

di dunia ini ada sekitar 2700 jenis ular...
di Indonesia terdapat 380 jenis ular menurut catatan TNC beberapa tahun yang lalu...
Dari 380 Jenis ular itu, sekitar 55 jenis adalah ular laut yang jarang ditemui.
dan dari 380 jenis ular tersbeut, hanya sekitar 33 jenis saj aular yang memiliki bisa mematikan dan berbahaya bagi manusia...
Selebih ?
tidak berbahaya, eksotis dan bahkan membantu manusia dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan memangsa hama tikus di alam bebas....

Saya akan memberi info tentang ular yg sangat berbahaya di Indonesia, khususnya Jawa.


1. Ophiophagus hannah




Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836

N.I. : King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java); Ular tedong selor (Kalimantan)

a. Ciri-ciri :

- Hitam pekat atau abu – abu, putih, dan coklat dengan garis – garis melintang ditubuhnya, tergantung habitat.

- Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar

- Kepala oval, dengan sisik yang besar

- Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung habitat)

- Panjangnya hingga mancapai 6000 mm

- Jika marah akan menegakkan tubuhnya hingga 1/3 panjang tubuhnya mengembangkan lehernya.

b. Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering

c. Aktivitas : siang dan malam hari

d. Makanan : ular

e. Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan

f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit


2.Agkistrodon rhodostoma






Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827

N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa), Ular Tanah, Ular Gibuk (Jabar)

a. Ciri-ciri :

- Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher.

- Gerakannya agresif

- Kepala segitiga, dengan sisik yang besar

- Panjangnya hingga mancapai 1000 mm

- Jika marah akan membentuk huruf S

b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput

c. Aktivitas : siang dan malam hari

d. Makanan : Tikus

e. Populasi : Jawa, Sumatra




3.Vipera russelii






Species : Vipera russelii siamensis

N.I. : Bandotan Puspo (Jawa),

a. Ciri-ciri :

- Badan coklat dengan corak gambar membentuk oval tak beraturan, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher.

- Gerakannya agresif

- Kepala segitiga, dengan sisik yang besar

- Panjangnya hingga mancapai 1000 mm

- Jika marah akan membentuk huruf S dan menyerang dengan gigitan

b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput

c. Aktivitas : siang dan malam hari

d. Makanan : Tikus

e. Populasi : Myanmar, Thailand, Cambodia, Vietnam dan Jawa




4.Bungarus candidus







N.I. : Malayan Krait, Ular Weling (Jawa), Ular biludah (Padang)

a. Ciri-ciri :

- Warna belang putih hitam – putih hitam dengan ukuran yang tidak seragam

- Ekor runcing, badan cenderung berpenampang bulat

- Gerakannya lambat, tenang

- Kepala oval

- Bagian bawah berwarna putih polos

- Panjangnya hingga 2500 mm

- Sensitive pada cahaya dan berusaha mendekati

- Tubuh jika terkena sinar akan menyala

b. Habitat : setengah perairan, sawah, sungai, daerah berair

c. Aktivitas : malam hari

d. Makanan : ular, belut

e. Populasi : Vietnam, Cambodia, Thailand, Peninsular Malaysia, Singapore, Sumatra, Java, Karimunjawa Islands, Bawean, Bali and N Sulawesi; Kalimantan?

f. Jenis racun : Neurotoxin




5.Bungarus fasciatus








Species : Bungarus fasciatus Scheider, 1803

N.I. : Banded Krait, Ular Welang (Jawa), Ular Belang, Oraj welang (Java)

a. Ciri-ciri :

- Warna belang putih hitam – putih hitam dengan ukuran yang seragam dan melingkar penuh.

- Ekor tumpul, badan cenderung berpenampang segitiga

- Gerakannya lambat, tenang

- Kepala oval

- Panjangnya hingga 2500 mm

- Sensitive pada cahaya dan berusaha mendekati

- Tubuh jika terkena sinar akan menyala

- Jika marah akan melakukan gerakan patah – patah dan menyembunyikan kepala

b. Habitat : setengah perairan, sawah, sungai, daerah berair

c. Aktivitas : malam hari

d. Makanan : ular, belut

e. Populasi : Sumatra, Jawa, Kalimantan,

f. Jenis racun : Neurotoxin




6.Naja naja sputatrix






Species : Naja naja

Sub Species : Naja naja sputatrix Cantor, 1836

N.I. : Black Spitting Cobra, Ular Kobra, Ular Sendok, Ular Dumung, Ular cabe; Ular sendok; Oraj bedul (Java); Puput (Maumere, Flores); Pupurupi (Ende, Flores)

a. Ciri-ciri :

- Warna hitam/putih/coklat/merah tergantung asal habitatnya

- Tubuh bulat dengan kepala oval

- Gerakannya gesit dan cepat tidak takut pada musuh.

- Panjangnya hingga 2500 mm

- Jika marah akan mengembangkan lehernya dan berdiri hingga kira – kira ¼ panjang tubuhnya.

- Satu – satunya jenis ular yang bisa menyemburkan bisa nya hingga 3 m.

b. Habitat : daratan, sawah, daerah rimbun lembab dan banyak lubang ditanah.

c. Aktivitas : siang dan malam hari

d. Makanan : tikus dan katak

e. Populasi : Java, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Alor and Lomblen; Sulawesi?

f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin




7.Rhabdophis subminiatus






Species : Rhabdophis subminiatus

N.I. : Red-necked Keelback, Pudak Bromo (Jawa), Ular Picung (Jawa Barat), Ular Pudak Seruni (Jakarta)

a. Ciri-ciri :

- Tubuh berwarna dominant coklat dari kepala hingga ekor

- Leher berwarna jingga, merah menyala dan hijau

- Badan berbintik putih

- Bagian bawah berwarna putih

- Ekor seperti terpacung atau perpotong

- Ukuran maksimal sepanjang 750 mm, diameter 10 mm

b. Habitat : Darat

c. Aktivitas : Diurnal, siag hari

d. Tipe gigi : Ophistoglypha

e. Makanan : Cicak, kadal, bunglon, dan katak

f. Populasi : Semua pulau di Indonesia






8.Trimeresurus albolabris






Species : Trimeresurus albolabris

N.I. : Truno Bamban (Jawa), Ular gadung; Ular hijau; Oraj bungka (Java)

a. Ciri-ciri :

- Tubuh berwarna hijau dari kepala hingga ujung badan

- kepala segitiga penuh, bersisik keras

- Bagian punggung ekor berwarna merah.

- Jika marah membentuk spiral atau letter S untuk siap menyerang

b. Habitat : pohon, di daerah dengan ketinggian hingga 3000 dpl

c. Aktivitas : noctural

d. Tipe gigi : solenoglypha

e. Makanan : Tikus, burung, katak, telur

f. Distribusi : Sumatra, Bangka, Java, Madura, Bali and Sulawesi




NB: Ciri-ciri umum ular berbisa; kepala berbentuk sendok(kobra cs), kepala berbentuk segitiga penuh(viper cs) warna sangat contras dan cerah(untuk kasih warning jangan dket2)


Kalo masi blom yakin itu ular berbisa atau ndak, sbaiknya dihindari, jangan deket" n diganggu, apalagi dibunuh.... Ular juga makhluk hidup...

Dia gigit kalo merasa terancam saja.....

Thursday, March 1, 2012

Penyu di Aceh Terancam

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Koordinator Sahabat Laut, Ratno Sugito, mengatakan bahwa populasi penyu di perairan Aceh terus menurun terancam punah akibat masih maraknya perburuan oleh masyarakat dan gagalnya pementasan telur.
"Setiap tahun, populasi berbagai jenis penyu terus menurun antara 20 hingga 30 persen sehingga perlu perhatian dari seluruh elemen baik masyarakat maupun pemerintah agar kelestraikan hewan itu tetap terjaga," kata Ratno, Rabu (29/2/2012).
Koordinator tim pemantauan penyu jaringan Koalisi Untuk Advokasi Laut Aceh (KUALA) mengatakan bahwa sebelum tsunami 26 Desember 2004, Aceh memiliki wilayah peletakan telur penyu. Namun, wilayah itu berkurang sejak kejadian tsunami.
Saat ini, dengan masih banyaknya perburuan, eksistensi penyu di Aceh menjadi semakin terancam.
Berdasarkan pantauan jaringan KUALA, di Pasie Lange terdapat tiga jenis penyu yang sering bertelur yakni penyu Belimbing, penyu Hijau dan penyu Sisik.
"Sekitar 20 tahun lalu penyu-penyu itu bertelur hingga 10 indukan, kini hanya tinggal dua hingga tiga indukan, kami khawatirkan lima hingga 10 tahun mendatang kawasan ini tidak akan disinggahi penyu lagi," kata Rahmad.
Saat ini, terdapat tujuh jenis penyu di wilayah perairan Indonesia yakni penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Lekang/Sisik Semu (Lepidochelys olivacea).
Ratno menyerukan pentingnya menghentikan perburuan penyu dan telur penyu untuk menjaga eksistensi satwa tersebut.