BANDA ACEH, KOMPAS.com - Koordinator Sahabat Laut,
Ratno Sugito, mengatakan bahwa populasi penyu di perairan Aceh terus
menurun terancam punah akibat masih maraknya perburuan oleh masyarakat
dan gagalnya pementasan telur.
"Setiap tahun, populasi berbagai
jenis penyu terus menurun antara 20 hingga 30 persen sehingga perlu
perhatian dari seluruh elemen baik masyarakat maupun pemerintah agar
kelestraikan hewan itu tetap terjaga," kata Ratno, Rabu (29/2/2012).
Koordinator
tim pemantauan penyu jaringan Koalisi Untuk Advokasi Laut Aceh (KUALA)
mengatakan bahwa sebelum tsunami 26 Desember 2004, Aceh memiliki
wilayah peletakan telur penyu. Namun, wilayah itu berkurang sejak
kejadian tsunami.
Saat ini, dengan masih banyaknya perburuan, eksistensi penyu di Aceh menjadi semakin terancam.
Berdasarkan
pantauan jaringan KUALA, di Pasie Lange terdapat tiga jenis penyu yang
sering bertelur yakni penyu Belimbing, penyu Hijau dan penyu Sisik.
"Sekitar
20 tahun lalu penyu-penyu itu bertelur hingga 10 indukan, kini hanya
tinggal dua hingga tiga indukan, kami khawatirkan lima hingga 10 tahun
mendatang kawasan ini tidak akan disinggahi penyu lagi," kata Rahmad.
Saat
ini, terdapat tujuh jenis penyu di wilayah perairan Indonesia yakni
penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas),
Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata),
Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Lekang/Sisik Semu
(Lepidochelys olivacea).
Ratno menyerukan pentingnya menghentikan perburuan penyu dan telur penyu untuk menjaga eksistensi satwa tersebut.
No comments:
Post a Comment