MALANG, KOMPAS.com - Di tengah maraknya bagian tubuh satwa liar yang dijadikan bahan perhiasan bagi wanita dan juga untuk kerajinan, Profauna Indonesia, menggelar kampanye bertema "Tampil Cantik Tanpa Membunuh Satwa Liar" di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (26/4/2012).
Kampanye yang dimotori ProFauna itu diperagakan oleh empat model cantik asal Malang, di atas trotoar di Jalan Veteran, Kota Malang, sekira pukul 10.30 WIB, dengan membentangkan spanduk bertuliskan "Tampil Cantik Tanpa Membunuh Satwa Liar".
Menurut Rosek Nursahid, Ketua ProFauna Indonesia, kampanye dilakukan tidak hanya di Malang, namun, di beberapa kota besar di Indonesia.
"Tujuannya untuk mengajak masyarakat khususnya kaum wanita agar turut serta membantu pelestarian satwa liar," jelasnya.
Kampanye tersebut menyerukan agar para wanita tidak membeli perhiasan atau kerajinan yang mengandung bagian tubuh satwa.
"Bagian satwa yang sering digunakan untuk kerajinan dan perhiasan adalah sisik penyu," katanya.
Berdasarkan hasil survei ProFauna jelas Rosek, yang marak penjualan perhiasan atau kerajinan yang mengandung sisik penyu adalah di Jakarta, Bali, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Pangandaran.
"Kerajinan itu dalam bentuk gelang, kalung, kipas, kotak tempat perhiasan, dan anting-anting," beber Rosek, kepada Kompas.com.
Konsumen perhiasan dari bagian tubuh satwa itu adalah wanita. "Sungguh tidak beradab jika ada seorang yang mempercantik dirinya namun dengan membunuh satwa liar. Karena untuk mengambil sisik penyu itu, pasti membunuhnya," katanya.
Padahal, kata Rosek, dalam UU Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistem jelas penyu dilindungi.
"Bagi yang membunuh penyu untuk perhiasan maka diancam hukuman penjara 5 tahun dengan denda Rp 100 juta," tegasnya.
Selain itu, Rosek mengatakan, ProFauna mengajak kaum wanita untuk tidak membeli perhiasan dari bahan bagian tubuh penyu.
"Selain itu, kami juga mengajak kaum wanita untuk tidak membeli satwa liar seperti kukang, burung nuri, elang, primata dan jenis satwa liar lainnya," ajak Rosek.
Kalau kaum wanita yang berjumlah 127 juta jiwa di Indonesia, melestarikan satwa liar, maka akan lebih baik.
"Apalagi wanita punya kedekatan dengan anak atau keluarga sehingga punya peluang besar untuk mendidik anaknya agar turut peduli melestarikan satwa liar yang ada di Indonesia," katanya.
No comments:
Post a Comment